aids | photo:aidwest.ie |
Pengertian Penyakit
HIV-AIDS, Gejala, Penyebab, Penanganan dan Pencegahan. AIDS merupakan singkatan dari
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain
yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang menyerang dan memperlemah sistem kekebalan tubuh manusia. Sehingga penderita akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. HIV belum ditemukan obat atau vaksin untuk menanganinya. Hanya dapat dilakukan penanganan untuk memperlambat perkembangan virus ini.
Sejarah
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981,
ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya
Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi
diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki
homoseksual di Los Angeles. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal
dari Afrika Sub-Sahara.
Jenis
Dua jenis spesies HIV yang menginfeksi manusia adalah :
1. HIV-1
HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh.
HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia.
2. HIV-2
HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.
Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan
troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal dari
Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh
manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau
pemotongan daging. Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama
hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun
1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski
terhadap vaksin polio. Namun, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa
skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada.
Cara penularan
Cara penularan virus HIV dapat melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Virus ini tidak dapat ditularkan
melalui kegiatan sehari-hari seperti pemakaian handuk, alat makan bersama dll.
1. Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada
kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan
rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya.
2. Kontaminasi patogen melalui darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna
obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk
darah.
3. Penularan masa
perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim
(in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan
saat persalinan
Gejala dan komplikasi
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti
demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar,
kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik
tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan
terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien. HIV
memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar
menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem
kekebalan yang disebut limfoma.
Komplikasi yang
sering terjadi pada penderita HIV
Penyakit paru-paru
utama
Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang
sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada
orang yang terinfeksi HIV.
Penyakit saluran
pencernaan utama
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus),
yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh
mikobakteria, meskipun kasusnya langka.
Penyakit syaraf dan
kejiwaan utama
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku
karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh
infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai
akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Kanker dan tumor
ganas (malignan)
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang
lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh
virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV),
virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).
Infeksi oportunistik
lainnya
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan
gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan.
Infeksi oportunistik ini termasuk infeksiMycobacterium avium-intracellulare dan
virus sitomegalo.
Penyebab
Penyebab utama dari HIV-AIDS adalah virus HIV. HIV adalah
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia,
seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak
sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T
CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL)
darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi
yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten
klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS yang
diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+di dalam darah serta adanya
infeksi tertentu.
Pencegahan
Untuk mencegah penularan virus HIV sebaiknya untuk
mengetahui dan menghindari tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam
tubuh. Tiga jalur tersebut adalah melalui hubungan seksual, persentuhan
(paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke
janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun
HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi,
namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut,
dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.
Untuk pencegahan infeksi dari ibu ke anak, penelitian
menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan
formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak. Jika pemberian
makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau,
berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak
mereka.
Penanganan
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau
AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada
penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus
secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure
prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut
banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti
diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.
Terapi antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus
yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART).
Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak
tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease
inhibitor.
Penanganan
eksperimental dan saran
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai
untuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari
biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya
dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian. Namun setelah lebih dari 20
tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin.
Pengobatan alternatif
Telah berbagai pengobatan alternatif digunakan untuk
menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit salah satunya adalah
akupuntur. Akupunktur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya
kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau
nyeri namun tidak menyembuhkan infeksi HIV. Tes-tes uji acak klinis terhadap
efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa
tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini,
tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping negatif yang serius.
Itulah penjelasan singkat mengenai pengertian penyakit HIV-AIDS beserta, gejala, penularan, pencegahan dan penangannya. Untuk lebih jelasnya anda dapat mengunjungi wikipedia. semoga bermanfaat.
Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
diakses tanggal 1 desember 2014