Pengertian penyakit Leptospirosis, Penyebab, Gejala dan
Pengobatan. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
leptospira. Bakteri ini ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Penyebarannya
disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Beberapa
jenis hewan yang dapat menjadi pembawa leptospirosis, yaitu anjing, hewan
pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi, serta babi.
Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam
Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam
Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit
Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada
anak sapi, dan tifus anjing.
Penyakit Leptospirosis, Penyebab, Gejala dan Pengobatan
Sejarah Penyakit
Penyakit ini pertama kali ditemukan dan dilaporkan pada
tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala
saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas
oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil's Disease. Hingga pada tahun 1915
Inada berhasil membuktikan bahwa "Weil's Disease" disebabkan oleh
bakteri Leptospira icterohemorrhagiae.
Penyebaran
Penyakit ini sangat beresiko terhadap orang-orang yang biasa
berurusan dengan hewan. Proses penularan melalui manusia jarang sekali terjadi.
Leptospirosis juga dapat menyerang manusia melalui kontak langsung dengan air
(air banjir, kolam, sungai, danau, atau air selokan) atau tanah yang telah
terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira. Proses penularan bakteri
ini juga dapat melalui mata, hidung, mulut, atau luka terbuka pada kulit.
Bakteri leptospirosis juga dapat menyebar melalui gigitan
hewan atau cairan tubuh lain (kecuali ludah) dan ketika meminum air yang
terkontaminasi. Kasus penyebaran leptospirosis juga jarang disebarkan oleh
sesama manusia walau masih mungkin terjadi melalui hubungan seksual atau
melalui ASI dari ibu yang terinfeksi bakteri ini kepada bayi.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari.
Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang
tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Infeksi L.
interrogans dapat berupa infeksi subklinis yang ditandai dengan flu ringan
sampai berat, Hampir 15-40 persen penderita terpapar infeksi tidak bergejala
tetapi serologis positif. Sekitar 90 persen penderita jaundis ringan, sedangkan
5-10 persen jaundis berat yang sering dikenal sebagai penyakit Weil. Perjalanan
penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun.
Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain
itu ada Sindrom Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Penyebab
Penyebab Leptospirosis adalah bakteri leptospira yang dibawa
oleh hewan-hewan tertentu. Sedangkan Leptospira adalah organisme yang hidup di
perairan air tawar, tanah basah, lumpur, dan tumbuh-tumbuhan.
Gejala Leptospirosis
Gejala umum penyakit ini adalah flu, yaitu demam, nyeri
otot, dan pusing. Leptospirosis juga tidak memiliki gejala-gejala yang
signifikan sehingga sulit untuk terdiagnosis. Gejala leptospirosis umumnya
berkembang dalam waktu 1-2 minggu atau hingga satu bulan setelah penderitanya
terpapar bakteri ini dan cenderung membaik minimal dalam lima hari hingga
maksimal satu minggu setelah gejala muncul. Gejala lain yang mungkin muncul,
yaitu:
- Mual
- Muntah
- Meriang
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sakit perut
- Diare
- Kulit atau area putih pada mata yang menguning
- Demam tinggi
- Ruam
- Iritasi atau kemerahan di area mata
- Batuk
- Kehilangan nafsu makan
Pengobatan Leptospirosis
Pada Hewan
Hewan, terutama hewan kesayangan, yang terinfeksi parah
perlu diberikan perawatan intensif untuk menjamin kesehatan masyarakat dan
mengoptimalkan perawatan. Antibiotik yang dapat diberikan yaitu doksisiklin,
enrofloksasin, ciprofloksasin atau kombinasi penisillin-streptomisin. Selain
itu diperlukan terapi suportif dengan pemberian antidiare, antimuntah, dan
infus.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin
Leptospira. Vaksin Leptospira untuk hewan adalah vaksin inaktif dalam bentuk
cair (bakterin) yang sekaligus bertindak sebagai pelarut karena umumnya vaksin
Leptospira dikombinasikan dengan vaksin lainnya, misalnya distemper dan
hepatitis. Vaksin Leptospira pada anjing yang beredar di Indonesia terdiri atas
dua macam serovar yaitu L. canicola dan L. ichterohemorrhagiae. Vaksin
Leptospira pada anjing diberikan saat anjing berumur 12 minggu dan diulang saat
anjing berumur 14-16 minggu. Sistem kekebalan sesudah vaksinasi bertahan selama
6 bulan, sehingga anjing perlu divaksin lagi setiap enam bulan.
Pada Manusia
Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik
doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin. Sedangkan Leptospirosis yang berat
dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan eritromisin.
Manusia rawan oleh infeksi semua serovar Leptospira sehingga
manusia harus mewaspadai cemaran urin dari semua hewan. Perilaku hidup sehat
dan bersih merupakan cara utama untuk menanggulangi Leptospirosis tanpa biaya.
Manusia yang memelihara hewan kesayangan hendaknya selalu membersihkan diri
dengan antiseptik setelah kontak dengan hewan kesayangan, kandang, maupun
lingkungan di mana hewan berada.
Manusia harus mewaspadai tikus sebagai pembawa utama dan
alami penyakit ini. Pemberantasan tikus terkait langsung dengan pemberantasan
Leptospirosis. Selain itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan
ternaknya jauh dari sumber air. Feses ternak perlu diarahkan ke suatu sumber
khusus sehingga tidak mencemari lingkungan terutama sumber air.
Pencegahan Leptospirosis
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
badan dan selalu membersihkan tubuh setelah menyentuh hewan ataupun yang terkena kencing hewan. Gunakanlah
pakaian yang melindungi tubuh. Selalu perhatikan kebersihan air bak, jangan
sampai terkena urine hewan yang terinfeksi.
sumber referensi:
http://www.alodokter.com/leptospirosis
https://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis